Universitas Andalas menuju world class university. Itulah slogan yang selalu menghiasi jalan jalan di lingkungan kampus universitas andalas, slogan yang sepertinya sudah melekat indah di pikiran mahasiswa, pimpinan universitas dan seluruh akademika universitas andalas. Visi yang sangat luar biasa dan merupakan cita cita setiap kampus yang ada dmanapun di belahan bumi ini. Dan ini merupakan sebuah pemicu untuk semua civitas akademika untuk mewujudkannya.
Perubahan demi perubahan terus dilakukan, disetiap kesempatan selalu di isi dengan orasi orasi yang tema nya Unand Menuju world class University, perbaikan perbaikan infrastruktur selalu dilakukan untuk mewujudkan cita cita besar ini. MOU dan segala macam kerjasama terus dibangun, gedung gedung baru bermunculan, Asrama Unand, lapangan futsal berstandar, perbaikan perbaikan gedung dsb terus dilakukann termasuk meng online sistem registrasi di Universitas Andalas ini. perubahan sistem pendaftaran ulang yang semula melalui sistem manual sekarang berubah menjadi sistem online. Nilai nilai perkuliahan semua harus diinputkan kedalam portal akademik, registrasi tidak lagi lewat jalur BAAK yang notabene dilakukan secara manual, sekarang dikonversikan kedalam sistem yang terkomputerisasi.
Itulah sekelumit perubahan dan perbaikan yang dilakukan Universitas Andalas yang terlihat dilakukan, namun dibalik semua itu tersimpan sekelumit permasalahan yang terlihat jelas merugikan mahasiswa unand itu sendiri, diantaranya yang lagi maraknya sekarang adalah kualitas sistem Registrasi dan Pendaftaran Ulang secara online yang berdampak kepada dijatuhkannya sangsi berhenti studi sementara atau yang biasa disingkat dengan BSS selama enam bulan kedepan kepada sekitar seratusan mahasiswa universitas andalas.
Hal ini disebabkan karena tidak tepat waktunya mahasiswa bersangkutan dalam mendaftarkan diri secara online. Alhasil, ketika sistem ditutup maka mahasiswa yang belum terdaftar mau tidak mau harus berhenti studi sementara selama enam bulan kedepan.
Ketika kita melihat dan membaca jika alasan mahasiswa tidak tepat waktu dalam mendaftar secara online, tentu saja kita menilai alasan yang dilontarkan mahasiswa tidak masuk akal dan wajar mendapat sangsi, namun dalam hal ini, yang harus dikritisi adalah sistem penunjang dari perubahan sistem ini. Dalam artian, jika ada perubahan besar yang terjadi, mau tidak mau harus di topang dan didukung oleh sistem yang sifatnya teknis dan besar juga. Kita bisa contohkan dengan pergantian sistem dari manual ke online ini. Mahasiswa yang selama ini terlena dengan sistem yang sifatnya manual dimana ketika mendaftar tidak perlu membuka portal, tidak perlu ke warnet untuk mendaftar dan sekarang diharuskan untuk mendaftar dan mengeluarkan biaya tambahan untuk itu, namun hal ini masih dalam tahap wajar, namun ketika sistem portal mengalami gangguan dan mahasiswa diharuskan untuk mengulang di esok hari, bisa dibayangkan ribetnya sistem seperti ini dan berapa biaya tambahan yang dikeluarkan mahasiswa untuk ke warnet karena sistem yang belum stabil ini.
Kekacauan ini tidak hanya sampai disini,menurut data yang dihimpun dari laporan mahasiswa, portal untuk registrasi ulang ini tidak bisa dibuka di beberapa kabupaten dan hal ini juga diamini oleh salah satu dekan di lingkungan universitas andalas akan laporan ini.
Hal berikut yang bisa dikritisi adalah sosialisasi dari perubahan yang dirasa kurang, seperti yang telah disampaikan tadi, perubahan besar harus di topang dan didukung dengan sistem pendukung yang besar juga, termasuk salah satu dari sistem penopang itu adalah sosialisasi perubahan. Dimana sosialisasi adalah hal yang mutlak, dan sosialisasi membutuhkan waktu yang panjang supaya bisa berjalan dengan baik dan butuh usaha yang besar pula, tidak cukup dengan baliho saja yang terletak di depan rektorat dan tidak terbaca ketika kita melewatinya. Dan difakultaspun informasi hanya selembar kertas fotocopian yang di tempel di jurusan. Sosialisasi semacam ini tidak maksimal adanya. Contoh sederhana solusi untuk hal ini adalah mengumpulkan komisaris tingkat dan memberikan presentasi terhadap perubahan ini, dan hal ini dinilai cukup bagus dan maksimal.
Contoh berikut karena kurangnya sosialisasi adalah pergantian sistem pembayaran uang SPP atau uang semesteran. Sistem lama , mahasiswa cukup mengisi saldo tabungannya di salah satu Bank yang punya kerjasama dengan unand dan secara otomatis Uang SPP akan terpotong, tetapi sekarang sudah berbeda, mahasiswa diharuskan melakukan pembayaran dengan menginputkan berbagai data bisa melalui ATM atau Via karyawan Bank.hal ini sebenarnya tidak rumit, tetapi lagi lagi informasi pergantian ini yang dinilai tidak maksimal dan diumumkan diwaktu dekat dekat libur semester.
Mahasiswa yang tidak dapat informasi pergantian tentang ini tentu tenang tenang saja karena mengira sudah terpotong sendiri dan alangkah terkejutnya ketika mereka tiba tiba tidak terdaftar dan yang lebih parahnya lagi, mahasiswa yang seharusnya bisa wisuda semester ini, mesti ditunda di semester depan.
Kita tidak menentang adanya sebuah perubahan, perubahan kearah yang lebih baik adalah tanggung jawab semua elemen, namun yang harus diingat adalah sebuah perubahan butuh adaptasi dan perbaikan secara terus menerus. Sebuah perubahan butuh sistem pendukung yang besar dan sebuah perubahan butuh saran, ide dan masukan yang sifatnya membangun. Dan hari ini ada sekitar seratusan mahasiswa unand yang sudah siap menyelesaikan studinya namun harus menunda 6 bulan lagi karena dampak dari perubahan sistem. Ketika peraturan baku sudah tidak bisa di ganggu, kebijakan pimpinanlah yang berperan. Win win solution sudah nyata adanya, yaitu kembali memberikan hak berkuliah dan terdaftar bagi mahasiswa yang terkena dampak perubahan ini, dan kejadian ini merupakan sebuah pelajaran berharga buat kita (Civitas Akademika UNAND) untuk bisa memperbaiki diri mewujudkan Unand World Class University. Mari jadikan kejadian ini sebagai sesuatu hal yang tidak diulangi lagi dan pelajaran berharga untuk sebuah perubahan.
0 komentar:
Posting Komentar